Jumat, 19 Agustus 2011

Tinggal di Tempat yang Rawan Gempa dan Bahaya Gunung Merapi


Aku hidup di negeri bernama Indonesia, sebagai negeri yang akrab dengan gempa, baik itu gempa tektonik, yaitu gempa yang berasal dari pergerakan bumi di dataran rendah atau laut, maupun gempa vulkanik, yaitu gempa yang biasa terjadi atas ulah gunung berapi.
Berkali-kali dunia di gemparkan oleh berita tentang letusan gunung berapi di Indonesia karena Indonesia merupakan daerah yang memiliki gunung berapi terbanyak di dunia, maka tak heran kalau di sana-sini gunung berapi seakan mendaftarkan diri untuk melakukan aktivitas yang menakutkan warga di sekitarnya, yaitu meletus! Bahkan tak jarang gunung berapi yang sudah tidak aktif selama ratusan tahun pun bisa tiba-tiba terbatuk-batuk dan meletus luar biasa dampaknya. Pergerakan gunung ini disebut dengan gempa vulkanik.
Ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar di Klaten  beberapa tahun yang lalu, setelah bangun tidur rasanya bumi ini diguncang-guncang tidak karuan. Orang tua saya bilang bahwa sedang terjadi “lindu”, ternyata lindu yang melanda Jogya dan sekitarnya termasuk Kabupaten Klaten adalah lindu yang super dahsyat, yaitu gempa bumi tektonik berukuran besar menurut skala richter, sehingga mengakibatkan bangunan-bangunan berserakan, hancur berkeping-keping dan tidak sedikit manusia yang jatuh sakit tertimpa reruntuhan bangunan, ada pula yang meninggal dunia baik itu karena sakit jantung maupun oleh ganasnya gempa itu sendiri sehingga bangunan yang menimpa beratus-ratus bahkan ribuan orang itu menjadikan makhluk Tuhan ini tak berdaya, banyak diantaranya meninggal dunia secara mengenaskan.
Rumah nenekku yang juga tak luput dari amukan gempa tersebut juga berantakan, beruntung tidak membawa korban jiwa, namun kejadian itu cukup membuat miris kan ketakutan banyak orang.

Berhari-hari aku diajak oleh orang tuaku menengok saudara-saudara dan tetanggaku yang yang jatuh sakit karena gempa bumi ini, bahkan ada rumah pamanku yang hancur dan rata dengan tanah, beruntung juga hanya mengkibatkan sakit dan dirawat di rumah sakit, akan tetapi tetangga dari pamanku itu tidak sedikit yang meninggal dunia. Pemandangan mobil-mobil berseliweran kesana-kemari dalam rangka ikut meringankan beban para korban gempa bumi menjadi sangat lumrah dan biasa. Mobil-mobil itu membawa berbagai peralatan dan orang-orang yang akan membantu memperbaiki rumah-rumah yang hancur , dan itu mereka kerjakan secara sukarela. Bantuan makanan seperti nasi bungkus, indo mie, supermie, kecap, selimut, peralatan tukang, peralatan evakuasi, obat-obatan dan lain sebagainya adalah merupakan menu sehari-hari.
Di rumah sakit, tak sedikit pasien yang hanya ditidurkan di lorong-lorong bangsal karena kapasitas ruangan yang jauh lebih sedikit dari banyaknya pasien yang harus dirawat, baik itu rawat inap mamupun rawat jalan.
Belum lepas dari ingatan kita bahwa bertahun-tahun yang lalu, akibat terjadinya pergerakan lempeng dasar laut mengakibatkan ribuan rumah, ternak, harta benda dan manusia lumat di negeri ini, yuaitu Bencana Tsunami di Aceh dan Sumatera Barat. Kejadian inilah yang menjadikan warga di Klaten, Jogya dan sekitarnya ketika terjadi gempa bumi tektonik banyak yang ketakutan jika tsunami tersebut melanda mereka.
Kini di halaman-halaman surat kabar dan televisi dihiasi oleh berita tentang kondisi gunung Merapi yang senantiasa siap meletus. Masyarakat di kabupaten Klaten sudah terbiasa dengan istialh “Awas Merapi”, “Siaga Merapi” dan peringatan yang sejenis yang merupakan himbauan kepada masyarakat disekitar kawasan rawan bencana Merapi. Masyarakat kita nampaknya sudah sedemikian akrab dengan ancaman bencana. Masyarakat sudah banyak yang dengan sukarela meninggalkan rumahnya yang berada di kawasan rawan bencana untuk pindah sementara atau mengungsi di tempat yang lebih aman.
Tuhan maha pencipta, akan tetapi Tuhan juga memiliki hak dan wewenang untuk menghancurkan ciptaannya. Maka, sebagai hamba Tuhan Yang Maha Kuasa marilah senantiasa kita bersujud kepada-Nya, karena kita ada karena kuasa-Nya dan jika Tuhan menghendaki nyawa kita dicabut sewaktu-waktu, itu juga menjadi kehendak dan kuasa-Nya.

Gambar diambil dari : http://diksia.com/wp-content/uploads/2010/10/anak-sekolah-di-sinabung.jpg

Ditulis oleh : Unna Nurhadifiah Inhardi Kelas VII B

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Printable Coupons